Akhir-akhir ini, kampus sedang ramai dengan pemilu Reformasi BEM yang menjadi hal urgensi dalam keorganisasian. Berbagai macam calon menebar pesona dalam meyampaikan visi misi mereka di pamflet-pamflet yang tertempel di dinding-dinding kampus dan pondok. Tidak ketinggalan,itu juga membangun kredibilitas untuk merekrut massa dan gerakan – gerakan solidaritas dan loyalitas. Memberi kehidupan baru untuk Kampus yang lebih maju dan agresif dalam dunia institusi, begitu juga memperindah integritas dalam pondok pesantren. Bagaimana peran seorang pemimpin yang idealnya adalah imam bagi umatnya. Dikutip dari ungkapan Gus Dur dalam bukunya yang berjudul "islam ku islam anda islam kita", beliau mengatakan “orientasi seorang pemimpin terkait langsung dengan kesejahteraan rakyatnya yang akan dipimpin, dan bagaimana menjadi panutan yang memberi nilai kehidupan rohani dan jasmani bagi pengikutnya. Selama kepemimpinan itu mendatangkan kesejahteraan langsung pada rakyatnya, selama itu pula kepemimpinan yang ada memiliki legitimasi dalam pandangan umat islam”.
Tiada Agama tanpa adanya suatu kelompok / masyarakat, tiada masyarakat tanpa kepemimpinan dan tiada kepemimpinan tanpa sang pemimpin . disini tampak jelas , arti seorang pemimpin bagi islam. Ia adalah pejabat yang bertanggung jawab tentang penengakan perintah-perintah islam dan pencegah larangannya. ( Amar Ma’ruf Nahi Munkar). Karenanya, pemimpin dilengkapi dengan kekuatan efektif, yang jelas kekuatan efektif inilah yang dinyatakan sebagai “wewenang kekuasaan efektif”
Namun seringkali ia akan terjebak dengan harapan yang menyangkut kesejahteraan dan kemaslahatan dalam kepemimpinannya. Bagaimana menjadikan mahasiswa aktif, hingga mencetak kader regenerasi yang berorientasi kepada massa secara prokduktifit. Kesejahteraan hanya menyangkut kenyatan-kenyataan lahiriyah dan angka statisik belaka. Seperti kepemilikan benda, dan memberikan bukti yang nyata. Tidak hanya abal-abal dalam keorganisasian majemuk. Masalah kesejahteraan juga menyangkut kemerdekaan berbicara dan berpendapat. Kedaulatan hukum dan persamaan perlakuan bagi semua elemen hak itu tentunya akan menyagkut kebebasan berorganisasi , kebebasan mahasiswa mnenetukan bentuk kampus yang mereka ingin dan beberapa aspek kehidupan agar tecipta rasa kenyamanan, dan nilai-nilai kolektifitas yang terlahir di pesantren.
Dengan demikian peran pemimpin kampus yang akan jadi nantinya agar ditintunkan untuk menggabungkan dialektika modern kampus dan nilai klasik kepesantrenan, inilah yang menjadi momok wacana besar bagi kalangan kaum santri agar nantinya tidak hanya berambisi dalam dunia keagamaannya tapi juga dunia kemodernan ( Globalisasi ). menjadi hal yang sangat penting dikalangan pesantren dengan adanya kampus yang berperan dalam dunia kompetesi dunia luar, dan pesantren sebagai benteng perlawanan dari luar. Maka, sosok pemimpin yang akan menjadi tokoh dalam kampus untuk bisa mensejahterakan mahasiwa dengan gerakan turun dari menara gading .membentuk gerakan-gerakan mahasiswa yang efektif,agresif, dan progresif.
Mengamati pada kepemimpinan islam, dalam islam kepemimpinan harus berorientasi kepada pencapaian kesejahteraan orang banyak. Sebuah adagium terkenal dari hukum islam adalah kebijakan dan tindak seorang pemimpin haruslah terkait langsung debgan kesejahteraan rakyat yang dipimpin “tasharruf al-imam ‘ala al ra’iyyah manutun bil al-maslaha”. Jelaslah dengan berorientasi dengan hal itu, mempunyai makna yang mendasar tentang sebuah pergerakan . yang tidak hanya dengan konsep belaka yang berlebihan. Serta memahami tugas dan kewajibannya, tidak asyik dengan kekuasaan dan kemudahan-kemudahan yang diperolehnya. Apalagi seorang pemimpin yang takut . takut dengan bertindak tegas, takut dengan kritikan,tekanan diri dari dalam dan luar ,dan takut berjuang perlawanan yang tertinggal dan terabaikan. Memang begitu mudah jika hanya menikmatinya tanpa bersusah panyah memajukannya. Tapi sebenarnya sulit bukan??
0 comments