Friday, March 24, 2017

Kampus Take Me Out


Hari kamis 23 maret mahasiswa dikejutkan dengan baliho besar yang terpampang di papan  pengumuman berisi informasi weeding party yang menggiurkan mahasiswa ke dunia baper, apalagi kaum hawa yang bergairah melihat sambil mengelus dada seraya berkata "kapan aku seperti dia?" Gambar itu sangat mempengaruhi mahasiswa. Karena yang lagi meerid adalah srjana kampus yang sarjana (TU kampus ) dengan mahasiswa yang berstatus semester 6. Membuat  Ribuan jerit ingin sepertinya hahahah...terkesima di dunia pelaminan ternyata, gak lama akan banyak terob dan tutup buku sepertinya melihat dari kejadian itu. Menceritakan cinta jodoh bersemi dikampus, terpesona Bergegas pulang dan minta doa restu kepada orang tua .
                Yang lebih heboh lagi karena poster baliho tersebut besar menduduki area kampus, menjadi suatu perhatian lebih pada mahasiswa yang jauh sebelumnya hanyalah beberapa informasi nilai, jadwal,kreasi dan corat coret seni kreatif dari mahasiswa.               

  Ini tidak lepas dari keberadaan kampus di suatu daerah. Kampus merupakan perguruan tertinggi yang dilalui oleh kaum ilmuwan untuk menemukan dan meningkatkan ilmu yang lebih tinggi lagi ..iya seee..??sepertinya itu hanyalah bualan di warung kopi saja. Tidak menjadi realistis di kampus. Apalagi mahasiswa yang berstatus gandengan atau punya pasangan,menjadi nilai plus baginya disamping ada penyemangat dan calon pendamping yang ada. Ngenes kalau saja tidak punya ...hahahahah pinta seorang teman yang antusias melihat baliho itu dengan memikirkan perencanaan yang matang. Karena ini memang suatu keistemewaan disini. Wah.. Seorang yang mulai bingung akan kemana kuliah besok, lebih optimis kuliah lantaran ada pasangan yang mendukungnya wawaa..its amazing. Kuliah yang semestinya mencari kebijaksanaan dalam ilmu, menjadi suatu hal yang langkah, perdebatan suatu kelas menjadi pertemuan yang romantis, berpikir kritis transformatif menjadi berfikir perasaan untuk tidak saling menyakiti. Tulisan yang penuh kebimbangan jati diri berubah tulisan dari hati ke hati..             
   
Yang aslinya sekitar kampus kreatifitas keilmuan mahasiswa menjadi kreatifititas pernikahan. Memang menarik, dikala tulisan-tulisan sekitar kampus sudah basi, mahasiwa di asumsikan poster indah nan menawan.                
 Kampus tidak hanya proses belajar mengajar, duduk manis di depan dosen, mendengarkan secara khusuk kalam-kalam dosen dengan khusuk. Itu internal yang dimiliki kampus, yang hanya mampu membawa mahasiswa dalam keheningan cipta dalam berproses. Maka nilai eksternal kampus juga harus di benahi dan ditingkatkan, orang-orang yang menggoreskan sejarahnya tidak pernah menyebut nilai IPKnya berapa, lantaran apa yang telah kau tularkan kepada manusia?? Ini tak asing lagi tokoh seperti soekarno, bung hatta, cokrominoto, H.agus salim,Gus Dur dsb. Adalah orang yang mempunyai integritas tinggi dalam keilmuannya. Dengan meningkatkan diri secara step by step.               
  Oleh sebab itu kampus menjadi urgenitas dalam menciptakan mahasiswa ke dalam dunianya, secara idealnya dari bebagai fakultas yang ada. Dengan memperbanyak kajian-kajian yang sudah dilewatinya, nyatanya pun itu hanyalah lamunan seorang pujangga dengan syiirnya. Hahah..                 Semakin banyak pujangga semakin ramai kampus ini seperti yang terpampang di baliho yang terlihat indah itu. Akan ada banyak kata cie-cie, kasmaran ya?, aku gak bisa move on, dll. Mahasiswa tersihir dengan baliho tersebut dengan tambahan surat undangan yang tersebar ke sebagian besar mahasiswa . Lagu sungguh senangnya pengantin baru menjadi lagu khas di kampus. Dengan wajah yang berseri-seri. Duh kasihan nasib jomblo yang bernada revolusi harga mati, Yang tak kunjung selesai dialaminya.           

      Kampus pun tidak lepas yang namanya mahasiswa,yang berada didalamnya. Mahasiswa adalah orang berpendidikan dan bermukim di perguruan dan di sekolah tinggi. Yang selalu ada di dalam kelas-kelas yang mengarungi keilmuan dan pengetahuan agar kelak menjadi pelopor masyarakat. Mahasiswa sudah tidak lagi bisa bergerak dan berkuasa dengan kreatifitasnya, karena belum mengenal identitas kolektefifitasnya. Berbagai macam acara besar, rapat kemahasiswaan dan keorganisasian pun telah la Kampus pun tidak lepas yang namanya mahasiswa,yang berada didalamnya. Mahasiswa adalah orang berpendidikan dan bermukim di perguruan dan di sekolah tinggi. Yang selalu ada di dalam kelas-kelas yang mengarungi keilmuan dan pengetahuan agar kelak menjadi pelopor masyarakat. Mahasiswa sudah tidak lagi bisa bergerak dan berkuasa dengan kreatifitasnya, karena belum mengenal identitas kolektefifitasnya. Berbagai macam acara besar, rapat kemahasiswaan dan keorganisasian pun telah lama usai namun belum bisa memberi bukti besar pada kampus. Aduh...suudon ini semoga tidak benar kawan...            

     Mahasiswa lebih bergerak dan menguasai ketika ada pendampingnya itu dirasakan oleh sebagian orang yang berpengaruh di kampus dengan pelayanan dan pemberian ke kampus sebagai penyeimbang dalam berproses menuju gelar wisuda, atau yang sudah dapat toga lamanya di kampus. Pelayanan orang yang sudah berpasangan selalu berwarna wajahnya pergi ke kampus ada sosok yang diidamkan dan disanjungkan. Mental kelebayan mulai muncul perlahan menjiawi mahasiswa. Keppo lho..mau tau apa mau banget?.. Itu pertanyaan yang membahagiakannya. Sudahlah itu terlalu berlebihan dalam merayakan kebahagiaaan, yang sejatinya senang-senang bersama pasangan, tidak usah menghebohkan dengan tawa gambarnya. Karena ini tidak sesuai norma kemanusiaan. Muncul unsur kecemburuan sosial, kalau orang ramai menghadapi kasusu penista agama, disini ramai penistaan diri kaum jomblo hahah ..berbagai apa saja yang disiapkan oleh bagi yang berpasangan sampai beradopsi kepada mahasiswa.             

   Mulai dari Penampilanpun menjadi suatu kebutuhan baginya, dengan bergaya aku ada dalilnya kepada temannya. Mulai dari aksesoris ditata rapi disebagian badan untuk menjadi mahasiswa yang keren dan bisa menarik perhatian pasangan khususnya dan  kaum hawa umunya. Nilai keaktifan mahasiswa diukur dari dia punya pasangan atau tidak. Kegiatan literasi mahasiswa yang menjadi rutinitas menciptakan obrolan basi dan membosankan karena memang sudah tergiur dengan kajian yang baper. Dan lebih senang dan serius menbahas kajian kawin, perlahan terhegemoni oleh yang sudah punya pasangan dan ingin mendalaminya untuk segera dapat merasakannya. Semoga tidak terjadi..heheheh

 
Load disqus comments

0 comments