MAKALAH
‘‘KEDUDUKAN
FILSAFAT DAN PEMIKIRAN TOKOH FILSAFAT (EROPA DAN UMUM)”
Untuk
Memenuhi Tugas dengan Mata Kuliah
Filsafat dakwah
Yang
diampuh oleh:
Zainal Abidin, S.Ag, M.Fil.I
Oleh:
MIFTAHUL
FAIZ
NIM:20148904110005
PRODI
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM (KPI)
FAKULTAS
DAKWAH
INSTITUT
KEISLAMAN ABDULLAH FAQIH (INKAFA)
SUCI-MANYAR-GRESIK
VII/2017-2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Filsafat
adalah mater scientiarum atau induk pengtahuan. Filsafat disebut induk ilmu pengetahuan karena
memang filsafatlah yang telah melahirkan segala ilmu pengetahuan yang ada. Jauh
dari keinginan untuk mendewakan dan memuliakan filsafat, kehadirannya yang
terus-menerus di sepanjang sejarah peradaban manusia sejak kelahirannya sekitar
25 abad yang lau telah member kesaksian yang menyakinkan tentang betapa
pentingnya filsafat bagi manusia.
Maka
dirasa penting bagi pemula khususnya yang ingin menggeluti dunia filsafat mulai
dari sejarah, perjalan, dan perkembangan dai zaman ke zaman. Tokoh siapa saja
yang menjadi pelopor dari filsafat itu.
Akan
diuraikan dalam makalah ini bagaiman proses perjalan filsafat hingga muncul
cabang ilmu yang bermacam-macam variasinya. Dan itu semua berasal dari filsafat
sendiri. Bagaimana menguraikan ilmu-ilmu yang ada di dalam filsafat melalui
kedudukan filsafat dan pemikiran tokoh filsafat dari masa ke masa.
B. RUMUSAN
MASALAH
I.
Apa kedudukan
filsafat?
II.
Bagaimana
filsafat menurut tokoh filsafat?
C. TUJUAN
1. Megetahui
eksistensi filsafat sebagai olah pikir manusia
2. Melanjutkan
proses berfilsafat melalui definisi filsuf dan gerakannya
3. Menambah
metode berfikir jelas dan terpadu
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH
SEKILAS FILSAFAT
Filsafat
dimulai oleh Thales sebagai filsafat jagat raya yang selanjutnya berkembang kea
rah kosmologi. Filsafat ini kemudian menjurus pada filsafat spekulatif pada
Plato dan metafisika pada Aristoteles.
Filsafat
pertama (prote philosophia adalah pengetahuan teoristis yang menelaah peradaban
yang abadi, tidak berubah dan terpisah dari materi. Aristoteles mendifinisikan
sebagai “ the science of first principles “ (Ilmu tentang asas-asas yang
pertama).
Seorang
filusuf besar yunani kuno. Tokoh pelopor logika dan juga ilmuwan yang menelaah
biologi,psikologi dan ilmu politik. Kini diakui sebagai filsuf ilmu yang
pertama. Semua pengetahuan lainnya secara logis mengandaikan atau berdasarkan
ilmu ini. Oleh karena itu, ilmu ini dianggap sebagai Filsafat pertama. Dan
urutan Aristoteles filsafat pertama terletak sesudah fisika, maka pengetahuan
filsafat itu kemudian dan kini terkenal sebagai metafisika.
Matematika,
fisika, dan metafisika telah cukup berkembang pada hidup Aristoteles. Sekitar
dua ratus tahun sebelumnya tekah lahir para pemikir yang mempelajari
bidang-bidang pengetahuan itu. Seorang pemikir pertama yang dalam sejarah
filsafat diakui sebagai the father. of philoshophy (bapak filsafat) ialah
Thales. [1]
sebagian sarjana kemudian mengakuinya pula sebagai ilmuwan yang pertama didunia
ini.
Thales
memperkembangkan filsafat alam kosmologi yang mempertanyakan asal mula, sifat
dasar, dan struktu komposisi dari alam semesta. Menurutnya semuanya berasal
dari air sebagai materi dasar kosmis. Ia juga merupakan ahli matematika Yunani
yang pertama dan sekarang dinyatakan sebagai the father of deductive reasoning
)bapak dari penalaran deduktif)[2]
Pada
tahap berikutnya muncullah Pythagoras. Pemikir dan tokoh matematik ini
mengemukakan sebuah ajaran metafisika bahwa bilangan merupakan intisari dari
sebuah benda atas dasar pokok dan sifat-sifat benda. Dalilnya berbunyi : “
Number rules the universe “[3]
Menurut
Pythagoras, kearifan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata oleh
Tuhan. Oleh karena itu, ia tidak mau menganggap dirinya hanya seorang philosophos yang artinya pencinta kearifan. Istilah itu
kemudian menjadi philosophia yang
terjemahannya secara harfiah ialah cinta kearifan. Dengan demikian sampai
sekarang secara etimologis dan singkat-sederhana filsafat masih diartikan
sebagai cinta kearifan (love of wisdom).
Dari
selintas perkembangan filsafat dan ilmu yang telah ada sejak zaman Yunani Kuno
sesungguhnya berkembang menjadi empat bidang pengetahuan, yaitu filsafat, ilmu
, matematika, dan logika. Masing-masing bidang pengetahuan itu memiliki cirri
kekhususan tersendiri dan menempuh arah pertumbuhan yang berbeda satu sama
lain.
B.
PERKEMBANGAN FILSAFAT
1. Filsafat
Setelah mulai beralih memasuki zaman Romawi Kuno, para
pemikir mencari keselarasan antara manusia dengan alam semesta. Keselarasan itu
dapat tercapai bilamana manusia hidup sesuai dengan alam dalam arti mengikuti
petunjuk akal (sebagai asas tertinggi sifat manusiawi) dan mengikuti hokum alam
dari Logos (sebagai Akal Alam
semesta). Filsuf Romawi Marcus Tullius Cicero secara singkat memberikan
definisi filsafat sebagai ars vitae atau
“ the art of life” (pengetahuan tentang hidup). Konsepsi filsafat ini kemudian
dianut oleh orang-orang terpelajar pada zaman Renaissance di Eropa.
Dalam Abad Tengah filsafat dianggap sebagai the supreme
art (pengetahuan yang tertinngi). Namun , kedudukan dan peranannya adalah
sebagai pelayan dari teologi. Keberanaran yang diterima oleh kepercayaan
melalui wahyu tidak dapat ditentang oleh kebenaran oleh filsafati yang dicapai
dengan akal manusia. Filsafat merupakan saran untuk menetapkan
kebenaran-kebenaran tentang tuhan dapat dicapai oleh akal manusia itu.
Dalam abad-abad selanjutnya filsafat berkembang melalui
dua jalur. Jalur yang pertama ialah filsafat alam (natural philosophy) yang
mempelajari benda dan peristiwa alamiah. Untuk membedakan secara tegas dengan
filsafat alam itu, maka bidang pengetahuan kedua yang menyangkut tujuan dan
kewajiban manusia seperti etika, politik, dan psikologi disebut filsafat moral
(moral philosophy) selama abad XVII-XVIII. Sebutan itu kemudian dirasakan
terlampau sempit dan diperluas menjadi filsafat mental dan moral.
Perkembangan filsafat berjalan terus seiring dengan
perkembangan berbagai ilmu baru. Setelah memasuki abad XX ini filsafat dalam
garis besarnya dibedakan menjadi dua ragam, yakni filsafat kritis dan filsafat
spekulatif. Filsafat kritis itu kemudian oleh sebagian filsuf disebut filsafat
analitik (analytical philosophy). Ragam filsafat analitik membahas
pertanyaan-pertanyaan tentang arti dari pengertian-pengertian yang digunakan
dalam filsafat. Secara cermat terhadap makna berbagai pengertian yang diperbincangkan
dalam filsafat seperti misalnya subtansi, eksisitensi, moral, realitas, sebab,
nilai, kebenaran, kebaikan, keiindahan, dan kemestian.
Filsafat spekulatif sesungguhnya hanyalah merupakan
sebutan lain dari metafisika. Menurut perumusan Alfred North Whitehead,
filsafat spekulati adalah usaha menyusun sebuah system ide-ide umum yang
berpautan, logis, dan perlu yang dalam kerangka system itu setiap unsure dari
pengalaman kita yang dapat ditafsirkan . ialah bahwa masing-masing unsure itu mempunyai
cirri sebagai suatu peristiwa khusus dari sistem ide-ide umum atau filsafat
yang disusun. System itu harus koheren, logis, serta terterapkan dan memadai,
yakni tiada unsure pengalaman yang luput dari penafsirannya.
2. Ilmu
Pada zaman Yunani Kuno episteme atau pengetahuan rasional mencakup filsafat dan ilmu.
Thales sebagai seorang filsuf juga mempelajari astronomi dan topik-topik
penegtahuan yang termasuk fisika. Fisika adalah pengetahuan teroretis yang
mempelajari alam. Pengetahuan ini kemudian lebih banyak disebut filsafat Alam.
Jadi, sejak abad XVII filsafat alam sesungguhnya bukanlah
pengetahuan filsafat, melainkan pengetahuan yang kini dikenal sebagai ilmu
alam. Perkembangan ilmu itu mencapai puncak kejayaan di tangan Newton. Ilmuwan
Inggris ini antara lain merumuskan teori gaya berat dan kaidah-kaidah mekanika.
Dalam perkembangan selanjutnya pada abad XVIII, Filsafat Alam memisahkan diri
dari filsafat dan para ahli menyebutnya kembali dengan nama fisika. Setelah
dewasa masing-masing ilmu lalu memisahkan diri dari filsafat seperti halnya
fisika. Pemisahan diri dilakukan oleh biologi pada awal abad XIX dan oleh
Psikologi pada sekitar pertengahan abad itu, cabang-cabang ilmu lainnya seperti
sosiologi, Antropologi, Ilmu Ekonomi, dan Ilmu Politik kemudian juga
tegas-tegas terpisah dari filsafat.
Jadi, dalam zaman modern timbul kebutuhan untuk
memisahkan secara nyata ilmu-ilmu modern dari filsafat karena perbedaan
cirri-cirinya yang sangat menyolok. Filsafat kebanyakan masih bercorak
spekulatif, sedang ilmu-ilmu modern telah menerapkan metode-metode empiris,
eksperimental, dan induktif. Kini secara pasti semua cabang ilmu dinyatakan
sebagai ilmu-ilmu empiris. Sifat empiris inilah yang membentuk cirri umum dari
kelompok ilmu modern dan yang membedakannya dari filsafat.
3. Matematika
Matematika sejak bermula menjadi pendorong bagi
perkembangan filsafat. J.B. Burnet misalnya menyatakan bahwa perkembangan
filsafat yunani bergantung pada kemajuan penemuan ilmiah khususnya matematika
lebih daripada sesuatu hal lainnya. Sedang Stephen Barker mengemukakan bahwa
pada zaman kino matematika menyajikan bahan makanan yang berlimpah-limpah
berupa persoalan-persoalan bagi pemikiran filsafati dan pada masa akhir-akhir
ini bahkan lebih banyak lagi.[4]
Seorang astronomi terkenal yang berbicara tentang kaitan
matematika dengan filsafat ialah Galileo. Ucapannya yang banyak dikutip orang
berbunyi demikian : “filsafat ditulis dalam buku besar ini, jagat raya, yang
terus-menerus terbentang terbuka bagi pengamatan kita. Tetapi, buku itu tidak
dapat dimengerti, jika seseorang tidak terlebih dahulu belajar memahami bahasa
dan membaca huruf-huruf yang dipakai untuk menyusunnya. Buku itu ditulis dalam
bahasa matematika” selanjutnya matematika merupakan sumber penting tang tak
kering-kering sejak zaman kuno sampai abad modern bagi pemikiran filsafati
karena memberikan berbagai persoalan untuk direnungkan. Misalnya persoalan
apakah objek matematika (titik, bilangan) secara nyata ada ataukah hanya fiksi
dalam pikiran manusia, kebenaran matematikanya satu macam atau banyak macamnya,
dan persoalan apakah pengetahuan matematika bercorak empiris ataukah sama
sekali tidak bergantung pada pengalaman.
Kaitan erat antara matematika dengan ilmu-ilmu modern
kiranya tidak perlu dipersoalkan lagi. Pada abad XVII matematik menjadi
perintis dan bagian yang terpenting dari ilmu alam. Newton membongkar rahasia
alam dengan mempergunakan matematika.
4. Logika
Logika adalah bidang pengetahuan yang mempelajari segenap
asas, aturan, dan tata cara penalaran yang betul. Penalaran adalah proses
pemikiran manusia yang berusaha tiba
pada pernyataan baru yang merupakan kelanjutan runtut dari pernyataan lain yang
telah diketahui. Pernyataan yang telah diketahui itu disebut pangkalpikir
(premise), sedang pernyataan baru yang diturunkan dinamakan kesimpulan
(conclusion).
Dalam abad tengah wibawa Aristoteles diakui demikian
tingii sehingga pengetahuan logikanya dijadikan mata pelajaran wajib dalam
pendidikan untuk warga bebas. Para pendeta dan guru mengajarkan, filsafat
sebagai pengetahuan yang tertinggi bersama-sama dengan logika Aristoteles dan
selanjutnya diperlengkap oleh ahli-ahli logika Abad Tengah dan masa berikutnya
kemudian terkenal dengan sebutan logika tradisional. Sampai dengan abad XIX
logika tradisional merupakan satu-satunya pengetahuan tentang penalaran yang
betul untuk studi dan pendidikan.
Selain hubungan yang erat dengan filsafat dan matematik,
logika dewasa ini juga telah mengembangkan berbagai metode logis (logical
metdhos) yang banyak sekali pemakaiannya dalam ilmu-ilmu. Kini selain deduksi
dan induksi yang merupakan metode-metode pokok, juga dikenal sebagai metode
lainnya seperti analisis logis (logical analysis), abstraksi, analogi, serta
pembagian dan penggolongan logis (logical division and classification). Sebagai
missal, metode yang umumnya pertama dipakai oleh sesuatu ilmu ialah
penggolongan logis. Ilmu-ilmu yang banyak memakai menerapkan metode analogi.
C.
FILSAFAT DI SEPANJANG ZAMAN
Kalau misalnya dalam dalam bidang keilmuan dipertanyakan
apakah yang disebut ilmu-ilmu kealaman, jawaban dalam berbagai ensiklopedi,
kamus, dan buku lainnya umumnya sependapat menyatakan bahwa ilmu-ilmu kealaman
adalah gugusan penegetahuan sistematis yang menelaah alam atau gejala-gejala
alamiah, contohnya fisika, kimia, geologi, dan biologi. Demikian pula,
pertanyaan apakah yang dimaksud ilmu-ilmu social akan memperoleh jawaban yang
umumnya sepaham dari berbagai ahli bidang keilmuan itu seperti ilmu politik,
ilmu ekonomi, antropologi, atau sosiologi bahwa ilmu-ilmu social adlah kelompok
ilmu yang mempelajari secara teratur segenap perilaku, kegiatan, peristiwa atau
hubungan manusia dalam hidup bersama.
Sebaliknya, persoalan filsafat itu merupakan suatu
pertanyaan filsafati yang tidak ada kesatuan pendapat atau bahkan bertentangan
satu sama lain jawabannya. Misalnya seorang filsuf yang berpangkal pada suatu
pemikiran rasional tentang pandangan dunia dalam kehidupan manusia. Sedang
suatu aliran filsafat yang menitiberatkan pada segi bahasa dalam filsafat akan
menegaskan bahwa filsafat adalah analisi kebahasaan untuk mencapai kejelasan
mengenai makna dari kata-kata dan konsep-konsep. Ini memberikan gambaran yang
seluas-luasnya mengenai filsafat itu, berbagai perumusan, konsepsi, dan
penjelasan dari filsuf-filsuf dan aliran-aliran filsafat sejak zaman lampau
samapai masa sekarang akan dipaparkan secukupnya dalalam uraian berikut ini
1.
Pengertian
Semula
Perkataan
inggris philosophy yang berarti filsafat berasal dari kata yunani
“philoshophia” yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar katanya
ialah philos (phila, cinta) dan Sophia (kearifan). Namun cakupan pengertian
Sophia yang semula itu ternyata luas sekali. Tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan
meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual,
pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikan dalam
memutuskan soal-soal praktis.
2.
Filsafat
Phythagoras (572-497 sebelum Masehi)
baginya
kearifan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata oleh tuhan. Oleh
karena itu, ketika ia ditanya apakah ia orang yang arif, Pythagoras secara
merendah konon menyebut dirinya seorang pecinta kearifan. Kerendahan hatinya
itu sesungguhnya merupakan suatu kearifan pada dirinya. Pythagoreanisme yang
mengemukakan sebuah ajaran metafisis bahwa bilangan merupakan intisari dari
semua benda maupun dasar pokok dari sifat-sifat benda. Segenap gejala alam
menurut ajaran itu merupakan pengungkapan inderawi dari
perbandingan-perbandingan matematik. Filsafat phythagoras berdalil bahwa
“bilangan memerintah jagat raya” (number rules the universe).
3.
Aliran filsafat
Alam Semesta
Sebagai
Bapak Filsafat ialah Thales (640-546) s.M.). ia merupakan seorang filsuf yang
mendirikan aliran filsafat alam semesta atau kosmos dalam perkataan Yunani.
Filsafat kosmos atau yang kemudian dikenal dengan nama kosmologi mengenai
mempertanyakan tentang unsur tunggal apa yang menjadi dasar perubahan atau
membentuk alam semesta ini. Menurut aliran filsafat kosmos itu filsafat adalah
suatu penelaah terhadap alam semesta untuk mengetahui asal mulanya,
unsure-unsurnya, dan kaidah-kaidahnya.[5]
4.
Pendapat
Socrates (469-399 s.M.)
Seorang
filsuf dalam bidang moral yang terkemuka setelah Thales pada zaman Yunani Kuno.
ia mengajarkan kepada khalayak ramai terutama kaum muda bahwa pengetahuan
adalah kebajikan dan kebajikan adalah kebahagiaan. Filsafat Socrates adlah
suatu peninjauan diri yang besifat relektif atau renungan terhadap asas-asas
dari kehidupan yang adil dan berbahagia (principles of the just and happy
life).
5.
Pendapat Plato
Sahabat
dan murid Socrates sekaligus filsuf Yunani Kuno. ia telah mengubah pengertian
kearifan (Sophia) yang semula bertalian dengan soal-soal praktis dalam
kehidupan menjadi pemahaman intelektual. Dalam pencarian terhadap kebenaran
itu, hanyalah filsuf yang dapat menemukan dan menangkap mengenai ide yang abadi
dan tak berubah.. dalam konsepsi Plato filsafat merupakan pencarian yang
bersifat spekulatif atau perekaan terhadap pandangan tentang seluruh kebenaran.
Filsafat Plato itu kemudian digolongkan sebagai filsafat spekulatif.
6.
Pendapat
Aristoteles (384-322
Murid
plato yang paling terkemuka. Menurut Aristoteles shopia (kearifan)merupakan
kebajikan intelektual yang tertinggi. Ia memberikan dua macam definisi terhadap
prote philosophia itu, yakni sebagai
ilmu tentang asas-asas pertama (the science of first principles) dan sebagai
suatu ilmu yang menyelidiki peradaan sebagai peradaan dan cirri-ciri yang
tergolong pada objek itu berdasarkan sifat alaminya sendiri. Dalam
perkembangannya kemudian prote pholosophia dari Aristoteles disebut metafisika.
Ini merupakan suatu istilah tehnis untuk pengertian filsafat spekulatif.
7.
Aliran Filsafat
Sticisme
Lahir
setelah kerajaan Romawi Kuno. ini pada dasarnya adlah suatu system etika untuk
mencapai kebahagiaan dalam diri masing-masing orang dengan
mengusahkankeselarasan antara manusia dengan alam semesta. Bagi para filsuf
Stoic, filsafat adalah suatu pencarian terhadap asas-asas rasional yang mepertalikan
alam semesta dan kehidupan manusia dakam suatu kebulatan tunggal yang logis.
8.
Pendapat Marcus
Tullis Cicero (10-43 s.M.)
Ia menyebut filsafat
sebagai ibu dari semua pengetahuan . definisi yang sangat singkat tentang
filsafat ialah ars vtae (the art of life) yang dapat diartikan pengetahuan
kehidupan. Pada zaman Renaissance di Eropa (abad ke 14 sampai 16) konsepsi
filsafat dari Cicero dianut oleh orang-orang biasa yang terpelajar.
9.
Konsepsi Abad
Tengah
Dalam
abad tengah di Eropa, filsafat dianggap sebagai pelayan dari teologi, yakni
sebagai suatu sarana untuk menetapkan kebenaran-kebenaran mengenai Tuhan yang
dicapai oleh akal manusia. Seorang filsuf Abad Tengah yang terkemuka ialah
Thomas Aquinas (1225-1274) yang ajarannya kini terkenal sebagai filsafat
thomosme dan menjadi bahan study wajib dalm lingkungan. Menurut Thomas
kebenaran teologis yang diterima oleh kepercayaan melalui wahyu tidak dapat
ditentang oleh suatu kebenaran filsafati yang dicapai dengan akal manusia,
karena kedua macam kebenaran itu mempunyai suatu sumber yang sama pada tuhan.
Sesorang filsuf bebas untuk melakukan penyelidikan dengan metode-metode
rasional, asalkan kesimpulan-kesimpulannya tidak bertentangan dengan
kebenaran-kebenaran dari teologi yang telah ditetapkan.
10.
Pendapat francis
Bacon (1561-1626)
Filsuf asal Inggris
mengemukakan metode induksi yang berdasarkan pengamatan dan percobaan untuk
menemukan kebenranan dalam berbagai bidang pengetahuan. Dan ia menyebut
filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of sciences)
11.
Definisi
Cristian von Wolff (1679-1754)
Filsuf asal jerman
merumuskan filsafat sebagai ilmu tentang hal yang mungkin sejauh dapat ada (the
science of the possible in sofar as they can be)
12.
Definisi Georg
Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831)
Hegel adalah filsuf
jerman yang terkemuka dengan menganut aliran filsafat idealisme. Ia
mendefinisikan filsafat sebagai ‘diedenkende Betrachtung der Gegenstande’, the
investigation of things by thought and contemplation. (penyelidikan hal-hal
dengan pemikiran dan perenungan).
13.
Pendapat Herbert
Spencer (1820-1903)
Mengemukakan filsafat
adalah sebagai pengetahuan dari generalitas yang tertinggi derajatnya. Konsepsi
itu dapat diperkuat oleh tercakupnya pembahasan tentang tuhan, alam, dan
manusia dalam ruang lingkup filsafat.
14.
Pendapat Henry
Sidgwick (1839-1900)
Menyebut filsafat
sebagai scientia scientiarum (ilmu tentang ilmu), karena filsafat memeriksa
pengertian-pengertian khusus, asas-asas pokok, metode khas, dan
kesimpulan-kesimpulan utama dari sesuatu ilmu apapun dengan maksud untuk
mengkoordinasikan semuanya dengan hal-hal yang serupa dari ilmu-ilmu lainnya.
15.
Pendapat
Bertrand Russell (1872-1970)
Menganggap filsafat
sebagai suatu kritik terhadap pengetahuan, karena filsafat memeriksa secara
kritis asas-asas yang dipakai dalam ilmu dan dalam kehidupan sehari-hari, dan
mencari sesuatu ketakselarasan yang dapat terkandung dalam asas-asas itu.
16.
Pendapat Wilhelm
Windelband (1848-1915)
Seorang filsuf jerman
berpendapat bahwa filsafat adalah pengujian terhadap pranggapan-praanggapan
seseorang, karena intisari sesungguhnya dari filsafat ialah memeriksa secara
mendalami pranggapan-praanggapan pokok dalam ilmu-ilmu khusus dan kehidupan
sehari-hari.
17.
Pendapat
J.A.Leighton
Menegaskan bahwa
filsafat mencari suatu kebulatan dan keselarasan pemahaman yang beralasan
tentang sifat alami dan makna dari semua segi pokok kenyataan. Suatu filsafat
yang lengkap meliputi sebuah pandangan dunia
atau konsepsi yang beralasan tentang
seluruh alam semesta dan sebuah pandangan
hidup atau ajaran tentang berbagai nilai, makna, dan tujuan kehidupan
manusia.
18.
Pendapat
Unammuno Y Jugo (1864-1936)
Menyatakan bahwa
filsafat pada dasarnya adalah ilmu bahasa. Karena bahasa merupakan sesuatu yang
memberikan kenyataan kepada manusia dan bukannya sekedar alat perantara dari
kenyataan. Suatu bahasa adalah suatu potensi filsafat.
19.
Pendapat John
Dewey (1858-1952)
Seorang tokoh pendiri
aliran pragmatism dai Chicago, Amerika serikat, menganggap filsafat sebagai
suatu sarana untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian antara hal-hal yang lama
dengan yang baru dalam sesuatu kebudayaan. Filsafat merupakan suatu
pengungkapan perjuangan-perjuangan manusia dalam usaha yang terus menerus untuk
menyesuaikan kumpulan tradisi yang lama dengan berbagai kecendrungan ilmiah dan
cita-cita politik yang baru. Filsafat harulah dari dan untuk pengalaman
sehari-hari serta bertalian dengan masalah-masalah praktis dan ururusan-urusan
kemanusiaan.
20.
Definisi Alfred
North Whitehead (1861-1947)
Seorang filsuf Inggris
mendefinisikan filsafat spekulatif sebagai usaha menyususn sebuah system ide-ide
umum yang berpautan,logis,dan perlu yang dalam kerangka system itu setiap
unsure dari pengalaman yang dapat tafsiri.
21.
Raymond F. Piper
dan Paul W. Ward
Filsuf ini memberikan
definisi filsafat sebagai suatu penafsiran yang kritis dan tuntas mengenai
hal-hal yang nyata dan ideal serta mengenai nasib manusia sebagaimana terlibat
didalamnya .
22.
Tokoh Pendiri
Aliran Empirisme Logis Moritz Schlick (1873-1966)
Filsafat harus
didefinisikan sebagai kegiatan mencari arti (the activity of finding meaning)
karena filsafat merupakan suatu kativitas mental yang menjelaskan
gagasan-gagasan dengan melakukan analisis untuk menemukan arti dari semua
persoalan dan pemecahannya.
23.
Filsuf Penganut
Aliran Filsafat Idealisme Objektif William Ernest Hocking (1873-1966)
Filsafat pertam
memeriksa terhadap keyakinan-keyakinan dan dilanjutkan usaha melakukan kritik
terhadap keyakinan tentang dunianya, sehingga filsafat menjadi penafsiran umum
dari pengalaman.[6]
24.
John Macmurray
Filsafat sebagai suatu
usaha untuk memahami perbedaaan antara hal yang nyata dengan tak nyata, atau
dengan perkataan lain untuk memahami kenyataan .
25.
Federigo
Enriques
Filsafat sebagai suatu
kecendrungan dari budi rohani manusia kea rah kesatuan dan keumuman dalam
bidang pengetahuan dan bidang tujuan .
26.
Pendukung Aliran
Filsafat Realistik John Wild
aliran ini
mendefinisikan filsafat sebagai usaha untuk memahami fakta-fakta paling pokok
tentang dunia yang kita diami dan sejauh mungkin menerangkan fakta-fakta itu.
27.
Lewis White Beck
Menyatakn bahwa
filsafat telah didefinisikan sebagai suatu usaha yang gigih untuk memikirkan
hal-hal sampai tuntas. Hal-hal yang harus dipikirkan dan ditemukan ialah
cirri-ciri umum dari realitas, pentingnya pengalaman manusia, dan kedudukan
dalam alam semesta sebagai suatu kebulatan.
28.
Sejarahwan
Filsafat W. T. Jones
Merumuskan filsafat
sebagai pencarian abadi terhadap kebenaran, suatu pencarian yang tak
terhindarkan gagal namun tak pernah terkalahkan, yang terus menerus menghindari
kita namun senantiasa membimbing kita.
29.
Tokoh Aliran
Filsafat Bahasa sehari-hari George Edward Moore (1873-1958)
Menggap filsafat adalah
suatu pelukisan umum tentang keseluruhan alam semesta ( ageneral description of
the whole Universe).
30.
Penganut
Filsafat Thomisme Jacques Maritain (1883-1973)
Memberikan definisi
bahwa filsafat adalah ilmu yang dengan cahaya alamiah dari akal menelaah
sebab-sebab pertama atau asas-asas tertinggi dari semua hal.
31.
Ernest Nagel
Merumuskan filsafat
sebagai suatu ulasan kritis terhadap keberadaan. Dan terhadap tuntunan-tuntunan
kita memiliki pengetahuan tentang hal iyu.
32.
Stuart Hampshire
Menganggap filsafat
sebagai suatu penyelidikan bebas terhadap batas-batas pengetahuan manusia dam
terhadap penggolongan-penggolongan paling umum yang dapat diterapkan para
pengalaman dan kenyataan .
33.
James L. Jarrett
Filsafat adalah
terutama kegiatan yang bersifat menjelaskan tentang berbagai arti
perkataan-perkataan, konsep-konsep, kategori-kategori, dan cita-cita.
34.
Peter Winch
Filsafat sebagai suatu
penyelidikan terhadap sifat alami dari pengetahuan manusia tentang kenyataan
dan terhadap perbedaan yang dibuat oleh kemungkinan pengetahuan seperti itu
pada kehidupan manusia.[7]
35.
Jose Ferrater
Mora
Filsafat sebagai suatu
sudut pandangan terhadap semua sasaran yang mungkin sejauh itu merupakan
sasaran-sasaran dari penyelidikan ilmiah, dari kepercayaan agama, dari kegiatan
seni, dari pengalam bersama, dan seterusnya. Dan selanjutnya yaitu penyatuan
segala hal secara kritis.
36.
Theodore Brameld
Filsafat sebagai usaha
yang gigih dari orang-orang biasa maupun orang-orang cerdik pandai untuk
membuat kehidupan sedapat mungkin dapat dipahami dan bermakna.
37.
Edgar Sheffield
Brightman
Filsafat sebagai
pemikiran yang tertuju pada konltretnya yang sebesar-sebesarnya atau pemikiran
yang berusaha menemukan kebenaran yang saling bertalian mengenai segenap pengalam
yang ada.
38.
William P.
Alston
Menegaskan bahwa para
filsuf aliran filsafat analitik dewasas ini mempertahankan filsafat sebagai
analisis kritis mengenai konsep-konsep dasar yang dengan perantaraan itu orang
berpikir tentang dunia dan kehidupan manusia.
39.
Hunter Mead
Filsafat sebagai
kegiatan yang dengannya orang-orang berusaha memahami sifat alami dari alam
semesta, sifat alami dari mereka sendiri, dan hubungan-hubungan antara dua
bagian yang paling pokok dari pengalaman kita itu.
40.
Robert Paul
Wolff
Menerima definisi
filsafat sebagai perenungan sistematis dari budi rohani terhadap ukuran-ukuran
pemikiran yang benar dan tindakan yang benar yang dipergunakan dalam semua
kegiatannya.
41.
Gerald Runkle
Menegaskan bahwa
filsafat sebagai sebuah kegiatan adalah pencarian terhadap pemahaman . sasarn
pemahaman itu ialah sesuatu segi apapun dari alam semesta karena filsafat
mencari penetahuan tanpa pembatasan.
42.
Harold H. Titus
Merumuskan
filsafat sebagai suatu proses perenungan dan pengkritikan terhadap
keyakinan-keyakinan kita yang dianut paling dalam (a process of reflecting upon
and criticizing our most deeply held beliefs).
Masih
banyak definisi, konsepsi, dan interpretasi menenai filsafat dari berbagai ahli
yang merumuskan bahwa filsafat bersangkutan dengan bentuk kalimat yang logis
dari bahsa keilmuan (untuk menetapkan kesahan dari pernyataan-pernyataan dalam
suatu ilmu tertentu), dengan hal-hal yang penghabisan (misalnya sebab yang
pertama atau asas yang tertimggi), dengan penilaian (yang melibatkan kata-kta
seperti baik dan buruk atau susila dan duersusila), dengan perbincangan kritis,
praanggapan ilmu, atau dengan ukuran baku tidakan. Setiap filsuf dan sesuatu
aliran filsafat membuat perumusannya masing-masing agar cocok dengan
kesimpulannya sendiri.
Berbagai
perumusan itu tidak dapat dikatakan bahwa yang satu salah dan lainnya benar.
Agaknya semua perumusan itu sama benarnya karena masing-masing melihar dari
salah satu pokok soal, permasalahan, titik berat, segi, tujuan atau metode yang
dianut oleh sesorang filsuf atau sesuatu aliran filsafat.
Filsafat
dapat diibaratkan sebuah gunung tinggi yang mungkin saja dilukiskan secara
bermacam-macam dari berbagai arah. Selama seseorang pelajar pemula masih berada
dibawah kaki gunung itu, ia belum mempunyai gambaran yang jelas mengenai
situasi, susunan, dan keseluruhan gunung itu. Bilamana seorang pemula mau tahap
demi tahap mendaki gunung itu sehingga pada akhirnya ia mencapai puncaknya,
maka ia akan memperoleh suatu gambaran yang jelas dan terpadu. Dalam rangka
memperoleh gambaran yang jelas dan terpadu mengenai filsafat, pendakian itu
perlu ditempuh dengan banyak membaca buku filsafat dan merenungkan
kesimpulan-kesimpuannya secara sungguh-sungguh.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Filsafat, sebagai bagian
dari kebudayaan manusia yang amat menkajubkan, lahir diyunani dan dikembangkan
sejak awal abad ke-6 SM. Proses kelahiran filsafat itu membutuhkan waktu yang
amat panjang. Orang-orang Yunani berhasil mengolah berbagai ilmu pengetahuan
yang mereka peroleh dari dunia timur itu menjadi benar-benar rasional ilmish
dan berkembang pesat. Pemikiran rasional ilmiah itulah yang melahirkan dan
proses dalam pengetahuan. Para filsuf Yunani pertama, yang mulai berfilsafat di
Asia kecil, sebenarnya adalah ahli-ahli Matematika,Astronomi, Ilmu Bumi, dan
berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Karena itu, pada tahap awal, filsafat
mencakup seluruh ilmu pengetahuan. Para filsuf Yunani pertama tersebut dikenal
sebagai filsuf-filsuf alam. Mereka berfikir tentang alam.
Terlepas dari keadaan
dan keberadaan para filsuf yang baru mengembangkan filsafat itu, yang penting
dicatat ialah bahwa mereka telah berani mengyunkan langkah awal yang amat
menentukan bagi pertumbuhan dan perkembangan filsafat serta ilmu pengetahuan.
Mereka berani menolak dan meninggalkan cara berfikir irasional dan tidak logis,
kemudian mulai menempuh jalan pemikiran rasional ilmiah yang semakin lama
semakin sistematis. Cara berfikir rasional ilmiah itupulalah yang menghasilkan
gagasan-gagasan yang terbuka untuk diteliti oleh akal budi. Selain itu,
kebenarannya dapat didiskusikan lebih lanjut demi meraih konsep-konsep baru dan
kebenaran-kebenaran baru yang diharapkan lebih sesuai dengan realitas
sessungguhnya.[8]
Pada masa kini ada
sebagian orang yang mengatakan bahwa filsafat telah berada di penghujung jalan.
Filsafat telah menempuh perjalanan yang sangat panjang dan kini telah berhenti.
Pengembaraannya telah berakhir, dan tidak ada lagi sesuatu pun yang dapat
dilakukannya. Filsafat sebagai induk segala ilmu pengetahuan telah berhasil
melahirkan berbagai ilmu pengetahuan yang kini telah mandiri. Ilmu-ilmu
pengetahuan alam (natural sciences), ilmu-ilmu pengetahuan social (social
science), dan seluruh disiplin ilmu lainnya satu persatu telah memisahkan diri
dari filsafat dan telah tumbuh menjadi dewasa.
B. SARAN-SARAN
Sekian yang bias kami
uraikan tentang dunia filsafat beserta tokoh filsuf yang termashur di dunia
akademis, aktivis dan kemasyarkatan. Kiranya banyak sekali kekurangan dalam
mengambil kepemahaman olah kata dan data. Meminjam pribahasa, Tak
Ada Gading yang Tak Retak begitu
juga dengan uraian dan tugas kuliah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat, PT. Kanisius,
Yogyakarta, 1995
The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu , liberty,
Yogyakarta, 2007
[1]
Will Durant, The story of philosophy : The
Lives and Opinions of World’s Greates Philosophers from Plato to John Dewey,1961,p. 63
[2]
Ward D. Bouwsma,Geometry for Teachers,
1972, p. 114
[3]
Dikutip oleh Eric Temple Bell, Men of Mathematics : The Lives and Achievement of the Great Mathematicians from Zeno to Poincare, 1937,p. xv.
[4].Stepen
F. barker, philosophy of Matematies,
1971. P. 251
[5]
Robert Paul Wolff, About Philosophy,
1976, p. 32.
[6] Dikutip
dalam Louis Kattsoff, p. 19,16.
[7]
Peter Winch, The Idea of a Social Science
and Its Relation to Philosophy, 1958, p. 24
[8] Jan
Hendrik Rapar,Pengantar filsafat,
1995. P. 20
0 comments