Sunday, October 1, 2017

Makalah kedudukan filsafat dan pemikiran tokoh filsafat Eropa

  
MAKALAH
KEDUDUKAN FILSAFAT DAN PEMIKIRAN TOKOH FILSAFAT (EROPA DAN UMUM)
Untuk Memenuhi Tugas dengan Mata Kuliah
Filsafat dakwah
Yang diampuh oleh:
Zainal Abidin, S.Ag, M.Fil.I






Oleh:
MIFTAHUL FAIZ
NIM:20148904110005


PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM (KPI)
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT KEISLAMAN ABDULLAH FAQIH (INKAFA)
SUCI-MANYAR-GRESIK
VII/2017-2018

BAB I
PENDAHULUAN
       A.    LATAR BELAKANG
Filsafat adalah mater scientiarum atau induk pengtahuan.  Filsafat disebut induk ilmu pengetahuan karena memang filsafatlah yang telah melahirkan segala ilmu pengetahuan yang ada. Jauh dari keinginan untuk mendewakan dan memuliakan filsafat, kehadirannya yang terus-menerus di sepanjang sejarah peradaban manusia sejak kelahirannya sekitar 25 abad yang lau telah member kesaksian yang menyakinkan tentang betapa pentingnya filsafat bagi manusia.
Maka dirasa penting bagi pemula khususnya yang ingin menggeluti dunia filsafat mulai dari sejarah, perjalan, dan perkembangan dai zaman ke zaman. Tokoh siapa saja yang menjadi pelopor dari filsafat itu.
Akan diuraikan dalam makalah ini bagaiman proses perjalan filsafat hingga muncul cabang ilmu yang bermacam-macam variasinya. Dan itu semua berasal dari filsafat sendiri. Bagaimana menguraikan ilmu-ilmu yang ada di dalam filsafat melalui kedudukan filsafat dan pemikiran tokoh filsafat dari masa ke masa.
B. RUMUSAN MASALAH
                               I.            Apa kedudukan filsafat?
                            II.            Bagaimana filsafat menurut tokoh filsafat?
C. TUJUAN
1.      Megetahui eksistensi filsafat sebagai olah pikir manusia
2.      Melanjutkan proses berfilsafat melalui definisi filsuf dan gerakannya
3.      Menambah metode berfikir jelas dan terpadu









                                       BAB II
                                          PEMBAHASAN

A.    SEJARAH SEKILAS FILSAFAT
Filsafat dimulai oleh Thales sebagai filsafat jagat raya yang selanjutnya berkembang kea rah kosmologi. Filsafat ini kemudian menjurus pada filsafat spekulatif pada Plato dan metafisika pada Aristoteles.
Filsafat pertama (prote philosophia adalah pengetahuan teoristis yang menelaah peradaban yang abadi, tidak berubah dan terpisah dari materi. Aristoteles mendifinisikan sebagai “ the science of first principles “ (Ilmu tentang asas-asas yang pertama).
Seorang filusuf besar yunani kuno. Tokoh pelopor logika dan juga ilmuwan yang menelaah biologi,psikologi dan ilmu politik. Kini diakui sebagai filsuf ilmu yang pertama. Semua pengetahuan lainnya secara logis mengandaikan atau berdasarkan ilmu ini. Oleh karena itu, ilmu ini dianggap sebagai Filsafat pertama. Dan urutan Aristoteles filsafat pertama terletak sesudah fisika, maka pengetahuan filsafat itu kemudian dan kini terkenal sebagai metafisika.
Matematika, fisika, dan metafisika telah cukup berkembang pada hidup Aristoteles. Sekitar dua ratus tahun sebelumnya tekah lahir para pemikir yang mempelajari bidang-bidang pengetahuan itu. Seorang pemikir pertama yang dalam sejarah filsafat diakui sebagai the father. of philoshophy (bapak filsafat) ialah Thales. [1] sebagian sarjana kemudian mengakuinya pula sebagai ilmuwan yang pertama didunia ini.
Thales memperkembangkan filsafat alam kosmologi yang mempertanyakan asal mula, sifat dasar, dan struktu komposisi dari alam semesta. Menurutnya semuanya berasal dari air sebagai materi dasar kosmis. Ia juga merupakan ahli matematika Yunani yang pertama dan sekarang dinyatakan sebagai the father of deductive reasoning )bapak dari penalaran deduktif)[2]
Pada tahap berikutnya muncullah Pythagoras. Pemikir dan tokoh matematik ini mengemukakan sebuah ajaran metafisika bahwa bilangan merupakan intisari dari sebuah benda atas dasar pokok dan sifat-sifat benda. Dalilnya berbunyi : “ Number rules the universe “[3]
Menurut Pythagoras, kearifan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata oleh Tuhan. Oleh karena itu, ia tidak mau menganggap dirinya hanya seorang philosophos  yang artinya pencinta kearifan. Istilah itu kemudian menjadi philosophia yang terjemahannya secara harfiah ialah cinta kearifan. Dengan demikian sampai sekarang secara etimologis dan singkat-sederhana filsafat masih diartikan sebagai cinta kearifan (love of wisdom).
Dari selintas perkembangan filsafat dan ilmu yang telah ada sejak zaman Yunani Kuno sesungguhnya berkembang menjadi empat bidang pengetahuan, yaitu filsafat, ilmu , matematika, dan logika. Masing-masing bidang pengetahuan itu memiliki cirri kekhususan tersendiri dan menempuh arah pertumbuhan yang berbeda satu sama lain.
B. PERKEMBANGAN FILSAFAT
1. Filsafat
            Setelah mulai beralih memasuki zaman Romawi Kuno, para pemikir mencari keselarasan antara manusia dengan alam semesta. Keselarasan itu dapat tercapai bilamana manusia hidup sesuai dengan alam dalam arti mengikuti petunjuk akal (sebagai asas tertinggi sifat manusiawi) dan mengikuti hokum alam dari Logos (sebagai Akal Alam semesta). Filsuf Romawi Marcus Tullius Cicero secara singkat memberikan definisi filsafat sebagai ars vitae atau “ the art of life” (pengetahuan tentang hidup). Konsepsi filsafat ini kemudian dianut oleh orang-orang terpelajar pada zaman Renaissance di Eropa.
            Dalam Abad Tengah filsafat dianggap sebagai the supreme art (pengetahuan yang tertinngi). Namun , kedudukan dan peranannya adalah sebagai pelayan dari teologi. Keberanaran yang diterima oleh kepercayaan melalui wahyu tidak dapat ditentang oleh kebenaran oleh filsafati yang dicapai dengan akal manusia. Filsafat merupakan saran untuk menetapkan kebenaran-kebenaran tentang tuhan dapat dicapai oleh akal manusia itu.
            Dalam abad-abad selanjutnya filsafat berkembang melalui dua jalur. Jalur yang pertama ialah filsafat alam (natural philosophy) yang mempelajari benda dan peristiwa alamiah. Untuk membedakan secara tegas dengan filsafat alam itu, maka bidang pengetahuan kedua yang menyangkut tujuan dan kewajiban manusia seperti etika, politik, dan psikologi disebut filsafat moral (moral philosophy) selama abad XVII-XVIII. Sebutan itu kemudian dirasakan terlampau sempit dan diperluas menjadi filsafat mental dan moral.
            Perkembangan filsafat berjalan terus seiring dengan perkembangan berbagai ilmu baru. Setelah memasuki abad XX ini filsafat dalam garis besarnya dibedakan menjadi dua ragam, yakni filsafat kritis dan filsafat spekulatif. Filsafat kritis itu kemudian oleh sebagian filsuf disebut filsafat analitik (analytical philosophy). Ragam filsafat analitik membahas pertanyaan-pertanyaan tentang arti dari pengertian-pengertian yang digunakan dalam filsafat. Secara cermat terhadap makna berbagai pengertian yang diperbincangkan dalam filsafat seperti misalnya subtansi, eksisitensi, moral, realitas, sebab, nilai, kebenaran, kebaikan, keiindahan, dan kemestian.
            Filsafat spekulatif sesungguhnya hanyalah merupakan sebutan lain dari metafisika. Menurut perumusan Alfred North Whitehead, filsafat spekulati adalah usaha menyusun sebuah system ide-ide umum yang berpautan, logis, dan perlu yang dalam kerangka system itu setiap unsure dari pengalaman kita yang dapat ditafsirkan . ialah bahwa masing-masing unsure itu mempunyai cirri sebagai suatu peristiwa khusus dari sistem ide-ide umum atau filsafat yang disusun. System itu harus koheren, logis, serta terterapkan dan memadai, yakni tiada unsure pengalaman yang luput dari penafsirannya.
2. Ilmu
            Pada zaman Yunani Kuno episteme atau pengetahuan rasional mencakup filsafat dan ilmu. Thales sebagai seorang filsuf juga mempelajari astronomi dan topik-topik penegtahuan yang termasuk fisika. Fisika adalah pengetahuan teroretis yang mempelajari alam. Pengetahuan ini kemudian lebih banyak disebut filsafat Alam.
            Jadi, sejak abad XVII filsafat alam sesungguhnya bukanlah pengetahuan filsafat, melainkan pengetahuan yang kini dikenal sebagai ilmu alam. Perkembangan ilmu itu mencapai puncak kejayaan di tangan Newton. Ilmuwan Inggris ini antara lain merumuskan teori gaya berat dan kaidah-kaidah mekanika. Dalam perkembangan selanjutnya pada abad XVIII, Filsafat Alam memisahkan diri dari filsafat dan para ahli menyebutnya kembali dengan nama fisika. Setelah dewasa masing-masing ilmu lalu memisahkan diri dari filsafat seperti halnya fisika. Pemisahan diri dilakukan oleh biologi pada awal abad XIX dan oleh Psikologi pada sekitar pertengahan abad itu, cabang-cabang ilmu lainnya seperti sosiologi, Antropologi, Ilmu Ekonomi, dan Ilmu Politik kemudian juga tegas-tegas terpisah dari filsafat.
            Jadi, dalam zaman modern timbul kebutuhan untuk memisahkan secara nyata ilmu-ilmu modern dari filsafat karena perbedaan cirri-cirinya yang sangat menyolok. Filsafat kebanyakan masih bercorak spekulatif, sedang ilmu-ilmu modern telah menerapkan metode-metode empiris, eksperimental, dan induktif. Kini secara pasti semua cabang ilmu dinyatakan sebagai ilmu-ilmu empiris. Sifat empiris inilah yang membentuk cirri umum dari kelompok ilmu modern dan yang membedakannya dari filsafat.
3. Matematika
            Matematika sejak bermula menjadi pendorong bagi perkembangan filsafat. J.B. Burnet misalnya menyatakan bahwa perkembangan filsafat yunani bergantung pada kemajuan penemuan ilmiah khususnya matematika lebih daripada sesuatu hal lainnya. Sedang Stephen Barker mengemukakan bahwa pada zaman kino matematika menyajikan bahan makanan yang berlimpah-limpah berupa persoalan-persoalan bagi pemikiran filsafati dan pada masa akhir-akhir ini bahkan lebih banyak lagi.[4]
            Seorang astronomi terkenal yang berbicara tentang kaitan matematika dengan filsafat ialah Galileo. Ucapannya yang banyak dikutip orang berbunyi demikian : “filsafat ditulis dalam buku besar ini, jagat raya, yang terus-menerus terbentang terbuka bagi pengamatan kita. Tetapi, buku itu tidak dapat dimengerti, jika seseorang tidak terlebih dahulu belajar memahami bahasa dan membaca huruf-huruf yang dipakai untuk menyusunnya. Buku itu ditulis dalam bahasa matematika” selanjutnya matematika merupakan sumber penting tang tak kering-kering sejak zaman kuno sampai abad modern bagi pemikiran filsafati karena memberikan berbagai persoalan untuk direnungkan. Misalnya persoalan apakah objek matematika (titik, bilangan) secara nyata ada ataukah hanya fiksi dalam pikiran manusia, kebenaran matematikanya satu macam atau banyak macamnya, dan persoalan apakah pengetahuan matematika bercorak empiris ataukah sama sekali tidak bergantung pada pengalaman.
            Kaitan erat antara matematika dengan ilmu-ilmu modern kiranya tidak perlu dipersoalkan lagi. Pada abad XVII matematik menjadi perintis dan bagian yang terpenting dari ilmu alam. Newton membongkar rahasia alam dengan mempergunakan matematika.

4. Logika
            Logika adalah bidang pengetahuan yang mempelajari segenap asas, aturan, dan tata cara penalaran yang betul. Penalaran adalah proses pemikiran manusia yang berusaha  tiba pada pernyataan baru yang merupakan kelanjutan runtut dari pernyataan lain yang telah diketahui. Pernyataan yang telah diketahui itu disebut pangkalpikir (premise), sedang pernyataan baru yang diturunkan dinamakan kesimpulan (conclusion).
            Dalam abad tengah wibawa Aristoteles diakui demikian tingii sehingga pengetahuan logikanya dijadikan mata pelajaran wajib dalam pendidikan untuk warga bebas. Para pendeta dan guru mengajarkan, filsafat sebagai pengetahuan yang tertinggi bersama-sama dengan logika Aristoteles dan selanjutnya diperlengkap oleh ahli-ahli logika Abad Tengah dan masa berikutnya kemudian terkenal dengan sebutan logika tradisional. Sampai dengan abad XIX logika tradisional merupakan satu-satunya pengetahuan tentang penalaran yang betul untuk studi dan pendidikan.
            Selain hubungan yang erat dengan filsafat dan matematik, logika dewasa ini juga telah mengembangkan berbagai metode logis (logical metdhos) yang banyak sekali pemakaiannya dalam ilmu-ilmu. Kini selain deduksi dan induksi yang merupakan metode-metode pokok, juga dikenal sebagai metode lainnya seperti analisis logis (logical analysis), abstraksi, analogi, serta pembagian dan penggolongan logis (logical division and classification). Sebagai missal, metode yang umumnya pertama dipakai oleh sesuatu ilmu ialah penggolongan logis. Ilmu-ilmu yang banyak memakai menerapkan metode analogi.
C. FILSAFAT DI SEPANJANG ZAMAN
            Kalau misalnya dalam dalam bidang keilmuan dipertanyakan apakah yang disebut ilmu-ilmu kealaman, jawaban dalam berbagai ensiklopedi, kamus, dan buku lainnya umumnya sependapat menyatakan bahwa ilmu-ilmu kealaman adalah gugusan penegetahuan sistematis yang menelaah alam atau gejala-gejala alamiah, contohnya fisika, kimia, geologi, dan biologi. Demikian pula, pertanyaan apakah yang dimaksud ilmu-ilmu social akan memperoleh jawaban yang umumnya sepaham dari berbagai ahli bidang keilmuan itu seperti ilmu politik, ilmu ekonomi, antropologi, atau sosiologi bahwa ilmu-ilmu social adlah kelompok ilmu yang mempelajari secara teratur segenap perilaku, kegiatan, peristiwa atau hubungan manusia dalam hidup bersama.
            Sebaliknya, persoalan filsafat itu merupakan suatu pertanyaan filsafati yang tidak ada kesatuan pendapat atau bahkan bertentangan satu sama lain jawabannya. Misalnya seorang filsuf yang berpangkal pada suatu pemikiran rasional tentang pandangan dunia dalam kehidupan manusia. Sedang suatu aliran filsafat yang menitiberatkan pada segi bahasa dalam filsafat akan menegaskan bahwa filsafat adalah analisi kebahasaan untuk mencapai kejelasan mengenai makna dari kata-kata dan konsep-konsep. Ini memberikan gambaran yang seluas-luasnya mengenai filsafat itu, berbagai perumusan, konsepsi, dan penjelasan dari filsuf-filsuf dan aliran-aliran filsafat sejak zaman lampau samapai masa sekarang akan dipaparkan secukupnya dalalam uraian berikut ini
1.      Pengertian Semula
Perkataan inggris philosophy yang berarti filsafat berasal dari kata yunani “philoshophia” yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar katanya ialah philos (phila, cinta) dan Sophia (kearifan). Namun cakupan pengertian Sophia yang semula itu ternyata luas sekali.  Tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikan dalam memutuskan soal-soal praktis.
2.      Filsafat Phythagoras (572-497 sebelum Masehi)
baginya kearifan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata oleh tuhan. Oleh karena itu, ketika ia ditanya apakah ia orang yang arif, Pythagoras secara merendah konon menyebut dirinya seorang pecinta kearifan. Kerendahan hatinya itu sesungguhnya merupakan suatu kearifan pada dirinya. Pythagoreanisme yang mengemukakan sebuah ajaran metafisis bahwa bilangan merupakan intisari dari semua benda maupun dasar pokok dari sifat-sifat benda. Segenap gejala alam menurut ajaran itu merupakan pengungkapan inderawi dari perbandingan-perbandingan matematik. Filsafat phythagoras berdalil bahwa “bilangan memerintah jagat raya” (number rules the universe).
3.      Aliran filsafat Alam Semesta
Sebagai Bapak Filsafat ialah Thales (640-546) s.M.). ia merupakan seorang filsuf yang mendirikan aliran filsafat alam semesta atau kosmos dalam perkataan Yunani. Filsafat kosmos atau yang kemudian dikenal dengan nama kosmologi mengenai mempertanyakan tentang unsur tunggal apa yang menjadi dasar perubahan atau membentuk alam semesta ini. Menurut aliran filsafat kosmos itu filsafat adalah suatu penelaah terhadap alam semesta untuk mengetahui asal mulanya, unsure-unsurnya, dan kaidah-kaidahnya.[5]
4.      Pendapat Socrates (469-399 s.M.)
Seorang filsuf dalam bidang moral yang terkemuka setelah Thales pada zaman Yunani Kuno. ia mengajarkan kepada khalayak ramai terutama kaum muda bahwa pengetahuan adalah kebajikan dan kebajikan adalah kebahagiaan. Filsafat Socrates adlah suatu peninjauan diri yang besifat relektif atau renungan terhadap asas-asas dari kehidupan yang adil dan berbahagia (principles of the just and happy life).
5.      Pendapat Plato
Sahabat dan murid Socrates sekaligus filsuf Yunani Kuno. ia telah mengubah pengertian kearifan (Sophia) yang semula bertalian dengan soal-soal praktis dalam kehidupan menjadi pemahaman intelektual. Dalam pencarian terhadap kebenaran itu, hanyalah filsuf yang dapat menemukan dan menangkap mengenai ide yang abadi dan tak berubah.. dalam konsepsi Plato filsafat merupakan pencarian yang bersifat spekulatif atau perekaan terhadap pandangan tentang seluruh kebenaran. Filsafat Plato itu kemudian digolongkan sebagai filsafat spekulatif.
6.      Pendapat Aristoteles (384-322
Murid plato yang paling terkemuka. Menurut Aristoteles shopia (kearifan)merupakan kebajikan intelektual yang tertinggi. Ia memberikan dua macam definisi terhadap  prote philosophia itu, yakni sebagai ilmu tentang asas-asas pertama (the science of first principles) dan sebagai suatu ilmu yang menyelidiki peradaan sebagai peradaan dan cirri-ciri yang tergolong pada objek itu berdasarkan sifat alaminya sendiri. Dalam perkembangannya kemudian prote pholosophia dari Aristoteles disebut metafisika. Ini merupakan suatu istilah tehnis untuk pengertian filsafat spekulatif.
7.      Aliran Filsafat Sticisme
Lahir setelah kerajaan Romawi Kuno. ini pada dasarnya adlah suatu system etika untuk mencapai kebahagiaan dalam diri masing-masing orang dengan mengusahkankeselarasan antara manusia dengan alam semesta. Bagi para filsuf Stoic, filsafat adalah suatu pencarian terhadap asas-asas rasional yang mepertalikan alam semesta dan kehidupan manusia dakam suatu kebulatan tunggal yang logis.
8.      Pendapat Marcus Tullis Cicero (10-43 s.M.)
Ia menyebut filsafat sebagai ibu dari semua pengetahuan . definisi yang sangat singkat tentang filsafat ialah ars vtae (the art of life) yang dapat diartikan pengetahuan kehidupan. Pada zaman Renaissance di Eropa (abad ke 14 sampai 16) konsepsi filsafat dari Cicero dianut oleh orang-orang biasa yang terpelajar.
9.      Konsepsi Abad Tengah
Dalam abad tengah di Eropa, filsafat dianggap sebagai pelayan dari teologi, yakni sebagai suatu sarana untuk menetapkan kebenaran-kebenaran mengenai Tuhan yang dicapai oleh akal manusia. Seorang filsuf Abad Tengah yang terkemuka ialah Thomas Aquinas (1225-1274) yang ajarannya kini terkenal sebagai filsafat thomosme dan menjadi bahan study wajib dalm lingkungan. Menurut Thomas kebenaran teologis yang diterima oleh kepercayaan melalui wahyu tidak dapat ditentang oleh suatu kebenaran filsafati yang dicapai dengan akal manusia, karena kedua macam kebenaran itu mempunyai suatu sumber yang sama pada tuhan. Sesorang filsuf bebas untuk melakukan penyelidikan dengan metode-metode rasional, asalkan kesimpulan-kesimpulannya tidak bertentangan dengan kebenaran-kebenaran dari teologi yang telah ditetapkan.
10.  Pendapat francis Bacon (1561-1626)
Filsuf asal Inggris mengemukakan metode induksi yang berdasarkan pengamatan dan percobaan untuk menemukan kebenranan dalam berbagai bidang pengetahuan. Dan ia menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of sciences)
11.  Definisi Cristian von Wolff (1679-1754)
Filsuf asal jerman merumuskan filsafat sebagai ilmu tentang hal yang mungkin sejauh dapat ada (the science of the possible in sofar as they can be)
12.  Definisi Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831)
Hegel adalah filsuf jerman yang terkemuka dengan menganut aliran filsafat idealisme. Ia mendefinisikan filsafat sebagai ‘diedenkende Betrachtung der Gegenstande’, the investigation of things by thought and contemplation. (penyelidikan hal-hal dengan pemikiran dan perenungan).
13.  Pendapat Herbert Spencer (1820-1903)
Mengemukakan filsafat adalah sebagai pengetahuan dari generalitas yang tertinggi derajatnya. Konsepsi itu dapat diperkuat oleh tercakupnya pembahasan tentang tuhan, alam, dan manusia dalam ruang lingkup filsafat.
14.  Pendapat Henry Sidgwick (1839-1900)
Menyebut filsafat sebagai scientia scientiarum (ilmu tentang ilmu), karena filsafat memeriksa pengertian-pengertian khusus, asas-asas pokok, metode khas, dan kesimpulan-kesimpulan utama dari sesuatu ilmu apapun dengan maksud untuk mengkoordinasikan semuanya dengan hal-hal yang serupa dari ilmu-ilmu lainnya.
15.  Pendapat Bertrand Russell (1872-1970)
Menganggap filsafat sebagai suatu kritik terhadap pengetahuan, karena filsafat memeriksa secara kritis asas-asas yang dipakai dalam ilmu dan dalam kehidupan sehari-hari, dan mencari sesuatu ketakselarasan yang dapat terkandung dalam asas-asas itu.
16.  Pendapat Wilhelm Windelband (1848-1915)
Seorang filsuf jerman berpendapat bahwa filsafat adalah pengujian terhadap pranggapan-praanggapan seseorang, karena intisari sesungguhnya dari filsafat ialah memeriksa secara mendalami pranggapan-praanggapan pokok dalam ilmu-ilmu khusus dan kehidupan sehari-hari.
17.  Pendapat J.A.Leighton
Menegaskan bahwa filsafat mencari suatu kebulatan dan keselarasan pemahaman yang beralasan tentang sifat alami dan makna dari semua segi pokok kenyataan. Suatu filsafat yang lengkap meliputi sebuah pandangan dunia atau konsepsi yang beralasan tentang  seluruh alam semesta dan sebuah pandangan hidup atau ajaran tentang berbagai nilai, makna, dan tujuan kehidupan manusia.
18.  Pendapat Unammuno Y Jugo  (1864-1936)
Menyatakan bahwa filsafat pada dasarnya adalah ilmu bahasa. Karena bahasa merupakan sesuatu yang memberikan kenyataan kepada manusia dan bukannya sekedar alat perantara dari kenyataan. Suatu bahasa adalah suatu potensi filsafat.
19.  Pendapat John Dewey (1858-1952)
Seorang tokoh pendiri aliran pragmatism dai Chicago, Amerika serikat, menganggap filsafat sebagai suatu sarana untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian antara hal-hal yang lama dengan yang baru dalam sesuatu kebudayaan. Filsafat merupakan suatu pengungkapan perjuangan-perjuangan manusia dalam usaha yang terus menerus untuk menyesuaikan kumpulan tradisi yang lama dengan berbagai kecendrungan ilmiah dan cita-cita politik yang baru. Filsafat harulah dari dan untuk pengalaman sehari-hari serta bertalian dengan masalah-masalah praktis dan ururusan-urusan kemanusiaan.
20.  Definisi Alfred North Whitehead (1861-1947)
Seorang filsuf Inggris mendefinisikan filsafat spekulatif sebagai usaha menyususn sebuah system ide-ide umum yang berpautan,logis,dan perlu yang dalam kerangka system itu setiap unsure dari pengalaman yang dapat tafsiri.
21.  Raymond F. Piper dan Paul W. Ward
Filsuf ini memberikan definisi filsafat sebagai suatu penafsiran yang kritis dan tuntas mengenai hal-hal yang nyata dan ideal serta mengenai nasib manusia sebagaimana terlibat didalamnya .
22.  Tokoh Pendiri Aliran Empirisme Logis Moritz Schlick (1873-1966)
Filsafat harus didefinisikan sebagai kegiatan mencari arti (the activity of finding meaning) karena filsafat merupakan suatu kativitas mental yang menjelaskan gagasan-gagasan dengan melakukan analisis untuk menemukan arti dari semua persoalan dan pemecahannya.
23.  Filsuf Penganut Aliran Filsafat Idealisme Objektif William Ernest Hocking (1873-1966)
Filsafat pertam memeriksa terhadap keyakinan-keyakinan dan dilanjutkan usaha melakukan kritik terhadap keyakinan tentang dunianya, sehingga filsafat menjadi penafsiran umum dari pengalaman.[6]
24.  John Macmurray
Filsafat sebagai suatu usaha untuk memahami perbedaaan antara hal yang nyata dengan tak nyata, atau dengan perkataan lain untuk memahami kenyataan .
25.  Federigo Enriques
Filsafat sebagai suatu kecendrungan dari budi rohani manusia kea rah kesatuan dan keumuman dalam bidang pengetahuan dan bidang tujuan .
26.  Pendukung Aliran Filsafat Realistik John Wild
aliran ini mendefinisikan filsafat sebagai usaha untuk memahami fakta-fakta paling pokok tentang dunia yang kita diami dan sejauh mungkin menerangkan fakta-fakta itu.
27.  Lewis White Beck
Menyatakn bahwa filsafat telah didefinisikan sebagai suatu usaha yang gigih untuk memikirkan hal-hal sampai tuntas. Hal-hal yang harus dipikirkan dan ditemukan ialah cirri-ciri umum dari realitas, pentingnya pengalaman manusia, dan kedudukan dalam alam semesta sebagai suatu kebulatan.
28.  Sejarahwan Filsafat W. T. Jones
Merumuskan filsafat sebagai pencarian abadi terhadap kebenaran, suatu pencarian yang tak terhindarkan gagal namun tak pernah terkalahkan, yang terus menerus menghindari kita namun senantiasa membimbing kita.
29.  Tokoh Aliran Filsafat Bahasa sehari-hari George Edward Moore (1873-1958)
Menggap filsafat adalah suatu pelukisan umum tentang keseluruhan alam semesta ( ageneral description of the whole Universe).
30.  Penganut Filsafat Thomisme Jacques Maritain (1883-1973)
Memberikan definisi bahwa filsafat adalah ilmu yang dengan cahaya alamiah dari akal menelaah sebab-sebab pertama atau asas-asas tertinggi dari semua hal.
31.  Ernest Nagel
Merumuskan filsafat sebagai suatu ulasan kritis terhadap keberadaan. Dan terhadap tuntunan-tuntunan kita memiliki pengetahuan tentang hal iyu.
32.  Stuart Hampshire
Menganggap filsafat sebagai suatu penyelidikan bebas terhadap batas-batas pengetahuan manusia dam terhadap penggolongan-penggolongan paling umum yang dapat diterapkan para pengalaman dan kenyataan .
33.  James L. Jarrett
Filsafat adalah terutama kegiatan yang bersifat menjelaskan tentang berbagai arti perkataan-perkataan, konsep-konsep, kategori-kategori, dan cita-cita.
34.  Peter Winch
Filsafat sebagai suatu penyelidikan terhadap sifat alami dari pengetahuan manusia tentang kenyataan dan terhadap perbedaan yang dibuat oleh kemungkinan pengetahuan seperti itu pada kehidupan manusia.[7]
35.  Jose Ferrater Mora
Filsafat sebagai suatu sudut pandangan terhadap semua sasaran yang mungkin sejauh itu merupakan sasaran-sasaran dari penyelidikan ilmiah, dari kepercayaan agama, dari kegiatan seni, dari pengalam bersama, dan seterusnya. Dan selanjutnya yaitu penyatuan segala hal secara kritis.
36.  Theodore Brameld
Filsafat sebagai usaha yang gigih dari orang-orang biasa maupun orang-orang cerdik pandai untuk membuat kehidupan sedapat mungkin dapat dipahami dan bermakna.
37.  Edgar Sheffield Brightman
Filsafat sebagai pemikiran yang tertuju pada konltretnya yang sebesar-sebesarnya atau pemikiran yang berusaha menemukan kebenaran yang saling bertalian mengenai segenap pengalam yang ada.
38.  William P. Alston
Menegaskan bahwa para filsuf aliran filsafat analitik dewasas ini mempertahankan filsafat sebagai analisis kritis mengenai konsep-konsep dasar yang dengan perantaraan itu orang berpikir tentang dunia dan kehidupan manusia.
39.  Hunter Mead
Filsafat sebagai kegiatan yang dengannya orang-orang berusaha memahami sifat alami dari alam semesta, sifat alami dari mereka sendiri, dan hubungan-hubungan antara dua bagian yang paling pokok dari pengalaman kita itu.
40.  Robert Paul Wolff
Menerima definisi filsafat sebagai perenungan sistematis dari budi rohani terhadap ukuran-ukuran pemikiran yang benar dan tindakan yang benar yang dipergunakan dalam semua kegiatannya.
41.  Gerald Runkle
Menegaskan bahwa filsafat sebagai sebuah kegiatan adalah pencarian terhadap pemahaman . sasarn pemahaman itu ialah sesuatu segi apapun dari alam semesta karena filsafat mencari penetahuan tanpa pembatasan.
42.  Harold H. Titus
Merumuskan filsafat sebagai suatu proses perenungan dan pengkritikan terhadap keyakinan-keyakinan kita yang dianut paling dalam (a process of reflecting upon and criticizing our most deeply held beliefs).
Masih banyak definisi, konsepsi, dan interpretasi menenai filsafat dari berbagai ahli yang merumuskan bahwa filsafat bersangkutan dengan bentuk kalimat yang logis dari bahsa keilmuan (untuk menetapkan kesahan dari pernyataan-pernyataan dalam suatu ilmu tertentu), dengan hal-hal yang penghabisan (misalnya sebab yang pertama atau asas yang tertimggi), dengan penilaian (yang melibatkan kata-kta seperti baik dan buruk atau susila dan duersusila), dengan perbincangan kritis, praanggapan ilmu, atau dengan ukuran baku tidakan. Setiap filsuf dan sesuatu aliran filsafat membuat perumusannya masing-masing agar cocok dengan kesimpulannya sendiri.
Berbagai perumusan itu tidak dapat dikatakan bahwa yang satu salah dan lainnya benar. Agaknya semua perumusan itu sama benarnya karena masing-masing melihar dari salah satu pokok soal, permasalahan, titik berat, segi, tujuan atau metode yang dianut oleh sesorang filsuf atau sesuatu aliran filsafat.
Filsafat dapat diibaratkan sebuah gunung tinggi yang mungkin saja dilukiskan secara bermacam-macam dari berbagai arah. Selama seseorang pelajar pemula masih berada dibawah kaki gunung itu, ia belum mempunyai gambaran yang jelas mengenai situasi, susunan, dan keseluruhan gunung itu. Bilamana seorang pemula mau tahap demi tahap mendaki gunung itu sehingga pada akhirnya ia mencapai puncaknya, maka ia akan memperoleh suatu gambaran yang jelas dan terpadu. Dalam rangka memperoleh gambaran yang jelas dan terpadu mengenai filsafat, pendakian itu perlu ditempuh dengan banyak membaca buku filsafat dan merenungkan kesimpulan-kesimpuannya secara sungguh-sungguh.     
                                 




























BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Filsafat, sebagai bagian dari kebudayaan manusia yang amat menkajubkan, lahir diyunani dan dikembangkan sejak awal abad ke-6 SM. Proses kelahiran filsafat itu membutuhkan waktu yang amat panjang. Orang-orang Yunani berhasil mengolah berbagai ilmu pengetahuan yang mereka peroleh dari dunia timur itu menjadi benar-benar rasional ilmish dan berkembang pesat. Pemikiran rasional ilmiah itulah yang melahirkan dan proses dalam pengetahuan. Para filsuf Yunani pertama, yang mulai berfilsafat di Asia kecil, sebenarnya adalah ahli-ahli Matematika,Astronomi, Ilmu Bumi, dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Karena itu, pada tahap awal, filsafat mencakup seluruh ilmu pengetahuan. Para filsuf Yunani pertama tersebut dikenal sebagai filsuf-filsuf alam. Mereka berfikir tentang alam.

Terlepas dari keadaan dan keberadaan para filsuf yang baru mengembangkan filsafat itu, yang penting dicatat ialah bahwa mereka telah berani mengyunkan langkah awal yang amat menentukan bagi pertumbuhan dan perkembangan filsafat serta ilmu pengetahuan. Mereka berani menolak dan meninggalkan cara berfikir irasional dan tidak logis, kemudian mulai menempuh jalan pemikiran rasional ilmiah yang semakin lama semakin sistematis. Cara berfikir rasional ilmiah itupulalah yang menghasilkan gagasan-gagasan yang terbuka untuk diteliti oleh akal budi. Selain itu, kebenarannya dapat didiskusikan lebih lanjut demi meraih konsep-konsep baru dan kebenaran-kebenaran baru yang diharapkan lebih sesuai dengan realitas sessungguhnya.[8]

Pada masa kini ada sebagian orang yang mengatakan bahwa filsafat telah berada di penghujung jalan. Filsafat telah menempuh perjalanan yang sangat panjang dan kini telah berhenti. Pengembaraannya telah berakhir, dan tidak ada lagi sesuatu pun yang dapat dilakukannya. Filsafat sebagai induk segala ilmu pengetahuan telah berhasil melahirkan berbagai ilmu pengetahuan yang kini telah mandiri. Ilmu-ilmu pengetahuan alam (natural sciences), ilmu-ilmu pengetahuan social (social science), dan seluruh disiplin ilmu lainnya satu persatu telah memisahkan diri dari filsafat dan telah tumbuh menjadi dewasa.
B.     SARAN-SARAN
Sekian yang bias kami uraikan tentang dunia filsafat beserta tokoh filsuf yang termashur di dunia akademis, aktivis dan kemasyarkatan. Kiranya banyak sekali kekurangan dalam mengambil kepemahaman olah kata dan data. Meminjam pribahasa,  Tak Ada Gading yang Tak Retak  begitu juga dengan uraian dan tugas kuliah ini.


DAFTAR PUSTAKA
Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat, PT. Kanisius, Yogyakarta, 1995
The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu , liberty, Yogyakarta, 2007




[1] Will Durant, The story of philosophy : The Lives and Opinions of World’s Greates Philosophers from Plato to John Dewey,1961,p. 63
[2] Ward D. Bouwsma,Geometry for Teachers, 1972, p. 114
[3] Dikutip oleh Eric Temple Bell, Men of Mathematics : The Lives and Achievement of the Great Mathematicians from Zeno to Poincare, 1937,p. xv.
[4].Stepen F. barker, philosophy of Matematies, 1971. P. 251
[5] Robert Paul Wolff, About Philosophy, 1976, p. 32.
[6] Dikutip dalam Louis Kattsoff, p. 19,16.
[7] Peter Winch, The Idea of a Social Science and Its Relation to Philosophy,  1958, p. 24
[8] Jan Hendrik Rapar,Pengantar filsafat, 1995. P. 20
Load disqus comments

0 comments