Dandanan mu masih asri serasa pas wisuda dik,
Itulah pertemuan ku bersama wanita yang sedang akan berangkat ngabdi di luar kota. Dia bersama ku duduk berhadapan di warung kopi yang terbaru daerah Gresik. Dengan budaya khas ngopi daerah ini selalu ada yang baru dari jejeran warung ke warung sampai cafe pun sudah mulai lengkap dengan musik dihiasi panorama warna-warni lampu.
Aku pun memesan kopi pada pelayanan baru itu, "aku kopi susu ya mas, kamu mau mesan apa dik?" Pesan tertulis oleh kasir. "Aku sama sepertimu pokoknya sama" balas dia yang senyum manis di depanku. Padahal aku sebelumnya telah menuntut untuk berbeda. Pokoknya jangan pesan kopi yang memang aku rasa tak pas bagi dia. kopi yang belum pernah aku mengunjungi warkopnya. Aku tetap saja bahwa kopi belum cocok bagi perempuan yang baru sekali aku ajak ke warung kopi.
"Makasih ya dik, telah mengisi waktu luangmu untuk ku"
Waktu itu aku sangat banyak ucapan berbagai kisah pada pengabdianku. Sebegitu antusias aku dalam bicara empat mata bersamanya, sama balas begitu aktif menggelora. Saran menggebu olehnya untukku yang memang saat itu moment bagiku untuk berlayar memantapkan agenda selanjutnya.
"Jadi kamu sudah bebas beban atas orang tuamu di sana dik"
"Iya aku sekarang sudah bisa hidup dan menghidupi ku atas pengabdian yang diberikan"
Aku mendengarnya begitu bangga olehnya, naluri ku langsung saja menggumam betapa hebatnya wanita ini sudah bebas atas tanggungan dari orang tua. Tidak dengan ku yang masih saja terpikir oleh seorang adik yang yang selalu terpukul beban pikiran dipondok, tak kunjung betah lamanya ia mondok menjadi aku mati suri surut langkah ku.
Kebahagiaan ngopi bersama tak begitu aku merasakannya, ketika ada telpon dari kawan pondok yang dipinjam hpnya oleh adikku. Terus saja ingin aku kembali dan ingin disampingnya.
"Ya kamu sebagai kakak, harus nurutin kemaunnya, ada waktu untuknya, dan terus sabar sambil pelan-pelan bilang pada adikmu mondok itu enak" ia menasehatiku begitu asyik dan menawan akan senyum serius memandangku.
"Iya dik, makasih ya insyallah aku jalani bertahap ini"
Dan tentunya ini adalah tugasku untuk dewasa padahal secara alam bebas aku tak ingin dewasa. Heheheh... percakapan bersamanya tak begitu lama. Tidak sama bersama teman-teman ku biasanya sampai Subuh, dan paginya meneruskan mimpi diatas bantal dan sajadah. Hahahah....aku sama ridho atasnya, layaknya orang tua ridho bersamaan anaknya.
Tak sampai larut malam aku bersama dia. Karena memang dia akan berangkat ngabdi ke luar kota. Begitulah pertemuan eksistensi dirinya untukku. Mengaduh berhati-hatian, mendekap sayu oleh bayangan itu.
0 comments