Wednesday, September 12, 2018

Ketika Wisuda Menjadi Tolak Ukur Cinta


Kerinduan padanya bersemayam pada waktu subuh ditemani bintang-bintang, suara ayam berkokok, mobil angkutan umum mulai operasi, semangat pun mengampiri. Lekas saja sofyan mengambil wudhu' untuk sholat subuh. Pagi adalah suatu efektivitas pekerjaan pada umumnya. Serta tak ketinggalan bagi sofyan menucapkan semangat pagi untuk kekasihnya Ayla. 

"Semangat pagi Ayla, jangan lupa dua Rokaat dulu" pesan terkirim centang dua melalui pesan whats up Layla.

Sofyan pun meletakkan kembali hpnya di selipan baju kotaknya di pesantren. Dan melanjutkan kegiatan menghafalkan surat juz 30 sebagai syarat wisudanya. Sebagai mahasiswa yang ada di pesantren sofyan sangat berhati-hati dalam hubungan asmaranya . Makanya dia baru buka hp lagi selesai ngaji pagi.

"Alhamdulillah sudah semuanya mas, mas jangan lupa hafalannya semangat wisuda" ditambahi emoji senyum manis kemerahan. 

"Iya dik, mas ini masih nyicil hafalan ke Ustadz mas" balas sofyan pasca ngaji, langsung buka pesan orang yang selalu dihatinya. 

Sofyan masih terbelit utang hafalan pada syarat wisuda yang dekat bulan ini digelar. Kalau utang uang enak saja bisa nyari utangan lagi bayar lagi pikirnya Sofyan sambil mengulang-ulang lafadz Al-Qur'an yang dihafalkan. 

Tidak seperti umumnya tahfid yang lihay dan cepat menghafal beberapa ayat dan surat dalam Al-Qur'an. Sofyan agak sukar dalam masalah hafal menghafal. Karena kesehariannya membaca menjadinya mudah berfikir dan menganalisa. Karena tokoh idamannya adalah imam Ghozali menjadi seorang filsuf sufi. Kalaupun hafal dari beberapa dalil, sofyan tetap saja tenang tak ambisi membicarakannya pada teman-teman kala diskusi, ngopi, ataupun belajar bersama. Lebih kepada akal dulu baru Wahyu, slogan Sofyan dalam berbicara atau pun memecahkan problematika yang dibicarakan bersama teman-temannya.

"Gimana sudah hafal berapa surat?jangan lupan makan, biar staminanya terjaga mas" balasan  layla melanjutkan percakapan di hp sebagai bentuk perhatian pada Sofyan

"Iya Dik, ini baru 2 ayat aku hafal, bismillah " papar sofyan kepada Layla

Hafalan yang diberi jangka waktu 2 minggu kerap sangat jauh kemungkinan sofyan hafal. Disamping pikiran pada skripsi yang belum dimunaqosahkan juga membuat sofyan mati kutu ambisi menghafalkannya. Maka sofyan beralih fokus pada penyelesaian skripsinya.

Hubungan chat bersama layla pun agak renggang, lantaran sofyan banyak jam penelitian. Satu dua hari tak saling kabar, akhirnya sofyan mengirim pesan pada layla. Setalah melihat status layla di wahts upnya yang lagi ngajar. " Siang dik, gimana ngajarnya?" Layla telah berstatus menjadi Guru Formal sekolah Madrasah Ibtidaiyah di kampungnya. " Alhamdulillah seru bersama anak sekolah, smean gimana kelanjutan skripsi dan hafalannya?" Layal berbalik tanya pada sofyan. Saat itu kondisi sofyan diambang piluh nan susah. Setelah muanqosah belum juga dipastikan, pendaftaran skripsi pun sudah tutup.

"Iya ini proses Dik, doakan lancar semuanya ya" siasat Sofyan agar layla tenang dan mendoakan terbaik buat sofyan.

Beberapa hari kemudian info daftar munaqosah dicantumkan. Sayang nama sofyan tak muncul, lantaran sofyan masih belum menyelesaikan syarat perbaikan nilainya. Dan juga labbaiknya pun belum lulus. Setelah mendapatkan informasi dari teman-teman untuk konsultasi kepada dekan fakultas. Sofyan pun berkonsultasi kepada bapak fakultasnya. Namun sama saja belum bisa meringankan sofyan untuk wisuda, beliau memastikan Sofyan wisuda tahun depan karena masih terbelit syarat-syarat yang Sofyan belum tuntas. Disamping itu teman lama pondok sofyan yang kenal Layla pun memberitahukan masalah dan status Sofyan. 

Tut,tut,tut.....bunyi hp sofyan bergetar kencan disaku celananya. Yang saat itu sofyan bepergian ke warung kopi untuk menyeduh kopi untuk sesuatu yang diterimanya.

"Gimana kamu pasti wisuda apa enggak?" Tanya layla. Secara langsung membuat pikiran sofyan semakin rumit oleh hubungan bersama orang yang dicintainya.
"Iya ini proses dim, aku sudah usaha, dan kenyataan tak berpihak padaku" sofyan langsung saja berterus terang pada layla.

"Kamu gak jadi wisuda?"
"Kayaknya sulit untuk tahun ini dik"

Seketika itu tak ada balasan lagi dari layla. Tentun layla sangat ingin Sofyan wisuda agar nanti bisa saling melengkapi dalam suatu hubungan selanjutnya. Karena layla telah berstatus guru, layla pun malu kalau calon imamnya itu tak mempunyai gelar kesarjanaan. Layla pun memastikan pada temannya Sofyan apa benar Sofyan tak wisuda pada tahun ini. Temannya yang ingin sekali mendapatkan Layla pun mengabari Sofyan gagal wisuda. Dan diam-diam pun temannya menjalani hubungan intens tanpa status. 

Dan sofyan terus berkomunikasi kepada Layla, namun tak seperti biasanya. Balasannya singkat dan terkesan cuek, slow respons.

"Gimana dik, aku bisa melamarmu tanpa ada gelar kesarjanaan yang aku sanding?" Tawaran sofyan kepada layla.

Lama tak membalas....

Tut,tut,tut.....nelpon bergetar, sofyan melihat layar hp pemberitahuan pesan masuk dari Layla yang begitu panjang sampai meyesakkan hati sofyan.
"Sebelumnya aku minta maaf Mas, kamu memang suka sama aku, tapi aku tidak bisa menerima mas tanoa ada gelar yang menyertai mas, dan sekarang aku sudah menemukan sosok yang aku pilih dan idamkan. Bagiku ini adalah pilihan terbaikku. Yang membuat aku semakin maju dan ideal. Jadi layla tak bisa menerima mas. Carilah yang lain saja mas, yang menghargai perasaan mas. Mulai sekarang kita berteman saja mas lebih baik itu."

Dan hubungan percintaan Sofyan pun usai begitu saja, betapa sakitnya hati sofyan, ditambah lagi wisuda yang kian gagal,  cintanya kandas di tengah jalan. Seakan pintu kebahagiaan ditutup untuk sofyan. layla pun memilih teman sofyan yang sudah pasti wisuda dan bisa membuat layla bangga. 
Load disqus comments

0 comments