"Kenapa lama kau kuliah nak?"
"Aku belum lulus pak" balasan anak pada bapaknya di seberang suara telpon itu.
Dalam dunia normal seorang Mahasiswa dalam berjuang memperoleh gelar kesarjanaannya dialami dalam jangkah 4 tahun. Dengan beberapa media pembelajaran dan pengalaman di kampus atau luar kampus. Semakin dalam teori dan ilmu pengetahuan dirasakan di bangku perkuliahan sebagaimana dikenal sekolah tinggi. Yang memang tidak semua orang bisa kuliah. Membiayai saja harus berani modal dan resiko seperti yang dialami oleh Fathur.
Siang menjelang sore, mahasiswa mulai sepi dari kampus, tinggal seorang fathur yang sendiri ditemani kertas tebal berisi skripsi yang terbungkus map kuning kecerahan. Hehehe...tapi tak cerah akan dijalaninya karena tak dapat solusi reaktif dari dekan fakultasnya untuk memberi kemudahan dalam proses menjadi sarjana muda. Belum lagi resahnya yang dialaminya dari orang tua yang sangat mendambakan dia wisuda. Perayaan paling megah dan sanagat istimewa kini hampir jauh dari harapan. Tipis menggapai, tumpul pada pikiran yang bingung mau jadi apa setelah wisudanya tertunda.
"Kamu mau jadi apa nak, tanpa title?" Lanjut percakapan Fathur kepada bapaknya.
"Aku mau jadi petani, guru atas petani dan mengorganisir petani saja pak" balas fathur
" La kamu gak kaya-kaya, mana bisa banyak uang jadi petani?"
"Bertani saja dulu pak, akan banyak kebudayaan yang aku ambil dari dunia tani. Khususnya leluhur Bangsa ini. ," fathur terus menyakinkan orang tuanya untuk sabar menerima kenyataan dan terus dengan jalannya menjadi petani. Karena memang di lembaga dan kuliahnya hanyalah sebagian butiran debu jalanan yang dilalui oleh mahasiswa sepertinya. Dan fathur yakin dengan apa yang telah diputuskan oleh kampus menjadi kegagalan sebagai awal kesukseaan.
Untuk fathur lebih belajar menggeluti dunia kampung halamannya. Berasumsi pada agama, sosial, budaya, pendidikan, dan ekonomi bagi dirinya dan disekitarnya.
"Yaudah nak, terserah kamu saja, yang penting kamu sukses " kalimat akhir dari dari bapak fathur menutup percakapan kedua orang itu.
" Iya bapak, makasih banyak bapak, maafkanlah anakmu yang belum bisa bapak bahagian dan bangga"
Sekian banyak biaya yang telah dikeluarkan oleh bapak untuk fathur belum bisa mengantarkan kejayaannya meraih gelar sarjana untuk wisuda. Mungkin wisuda belum diraihnya, namun fathur terus mencari jalan untuk perkembangan atas dirinya untuk kebahagiaan dan senyuman kebanggaan orang tuanya. Dan sebagai petani yang akan dijalani dalam merintis pondok tani di tanah sebrang sana bisa membuahkan pencapaian akan dirinya yang selalu diremehkan dan dijauhi oleh teman sebayanya yang wisuda mendapat gelar sarjana.
0 comments